Pages

Selasa, 14 Mei 2013

my short story "your smile"

Your smile#1
Malam ini.Kupegang figura foto berisi seseorang yang kala itu sedang tersenyum manis. Sungguh aku tidak berbohong, senyumnya itu sangat sangatlah manis. Hingga akan melenyapkan kedua mata sipitnya. Aku selalu tersenyum penuh dengan mata berbinar saat aku memandangi sosok dalam figura yang kupegang sekarang, senyumnya selalu memancarkan cahaya yang berhasil merasuk dalam jantung yang dengan cepat berdetak dua kali lebih cepat secara bergemuruh. Tapi malam ini, ekspresi wajahku berbeda. Bibirku masih tersenyum penuh, namun lain dengan mataku yang sembab dan well.... mungkin saja sudah membengkak, dengan beberapa tetes butiran bening yang mengaliri pipiku disetiap senyuman yang aku keluarkan dari sudut bibirku. Dan hari ini, aku melihat kemarahan memancar pada sepasang matanya yang indah. Bukan senyuman manis yang biasanya aku lihat. Bisa kau duga kan?? Bagaimana jiki seseorang sedang marah, apa dia masih bisa mengeluarkan senyuman terindah yang ia miliki??? Tentu saja ‘tidak’. Hari ini, hari dimana aku melihat matanya yang sipit dengan tidak menatapku atau tepatnya bisa dibilang dia tidak bisa menatap apapun, tapi aku tahu dia tatapan matanya terpacu pada satu arah. Dengan tidak mrngeluarkan senyumnya, sekali lagi ku ingatkan..... hari pertemuanku yang menyakitkan itu dia tidak mengeluarkan senyumannya, tapi kemarahannya. Aku tahu aku salah. Aku sangat tahu itu, bahkan sangat sadar diri. Kesalahanku padanya tidak dapat dia maafkan dengan mudahnya. Mungkin baginya kesalahanku padanya memang terlalu menyakitkan. Itu memang pantas untuk diriku, kesalahan besarku tidak dia maafkan atau bahkan tidak akan pernah. Menyedihkan sekali kan???? Jujur aku menyesal sekali melakukan kesalahanku, tapi harus bagaimana lagi. Itu sudah terjadi dan kulakukan dan akibatnya, sekarang aku harus menanggung resikonya. Gara-gara diriku sendiri, aku sudah tidak bisa lagi melihat wajahnya, melihat matanya, dan yang membuatku menyesal aku tidak bisa melihatnya tersenyum manis dengan lebar yang hampir menenggelamkan sepasang matanya. Senyum indahnya, senyum kebahagiaan secara nyata itu lenyap karena kesalahan diriku sendiri. Disatu waktu, kesempatan yang kutunggu, kesempatan langka yang terjadi menghampiriku disatu waktu itu. membuatku tersenyum dalam hati. Kuhampiri dia yang sedang bertopang dagu. Aku menyapanya “hai” lalu duduk berhadapan dengannya. Dia menalihkan kepalanya kearahku ketika menyadari sapaanku. Dia tersenyum tipis dan menjawab dengan datar yang kurasa untuk menutupi keterkejutannya “oh hai” begitulah balasnya. Lalu aku bertanya saat dia mengaduk-aduk minuman dihadapannya tdak jelas “sedang apa kau disini???” fiuuh... aku menundukkan kepalaku sejenak kemudian melirikku sekilas. Kulihat dia terlihat santai mendengar pertanyaanku yang konyol. Dan merutuk diriku dalam hati. Bodoh. Apa yang kukatakan barusan. Untuk apa aku bertanya seperti itu. Tapi rutukanku menyamarkan jawabannya dengan suara yang bagiku terdengar ehmm sedikit pelan “ah aku hanya sedang bersantai saja, sambil menunggu Alana keluar kelas” dia melirik jam tangannya sekilas “tapi kenapa lama sekali ya???” ucapnya mengeluh “aku sudah satu jam disini” lalu dia beralih menatapku “kau mau menemani satu jam lagi ya Kiska, memannya kau tidak masuk kelas???” Aku menggeleng pelan “aku baru saja keluar, mata kuliahku baru saja selesai. Hari memang hanya dua jam” kataku lalu menghela nafas dan melanjutkan kemabali “aku kesini karena aku haus, tapi aku menemukanmu disini dan aku malah terjebak dalam satu jam yang kau katakan” derai tawanya keluar seusai aku selesai berbicara. “ah begitu ya, kalau begitu maafkan aku”katanya dengan ekspresi muka bersalah “tapi aku benar-benar bosan, dengan suasana ini. Tidak seperti biasanya, hanya kali ini” lanjutkan mengungkapkann. Aku terseny um lebar diam-diam dalam hatiku. “aku bisa menemanimu satu jam kedepan, tapi bisakah kau mengabulkan satu permintaanku” ucapku yang sontak membuatnya mengerutkan kening. “permintaan??” aku menganggu kuat “apa yang ingin kau minta dariku?? Kau ingin aku menemaniku ke restoran seafood lagi” katanya yang meningatkanku pada pertemuan kami. Hahaha. Aku tertawa dalam hati. “tidak bukan kok”balasku. “lalu apa??”tanyanya sekali lagi. Aku mengeluarkan benda kecil dari dalam tasku, lalu berkata “bolehkan aku memotretmu??”tanyaku dengan senang. Matanya membelalak memandang benda yang kupegang. To be continue……………… Sumber: otakku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar